×

Konstruksi Dan Model Atap Joglo Modern

• Berada diposisi lingkar dalam konfigurasi Blandar-Pengeret;
• Berfungsi sebagai langit-langit struktur Rongrongan dan menopang papan penutup langit-langit (Pamindhangan);
• Berjumlah ganjil yaitu 5 (lima), 7 (tujuh), atau 9 (sembilan).

Tumpangsari pada bangunan Joglo terbagi menjadi 2 grid persegi empat yang sama dan simetris, yang dipisahkan dan ditopang tepat ditengah-tengah oleh balok Dadapeksi.



Hubungan antara Soko Guru – Sunduk -Sunduk Kili menggunakan sistim Purus. Sedangkan antara Soko Guru – Pengeret & Blandar menggunakan sistim Cathokan.

  1. Sistem Persendian Umpak dan Soko Guru

Sistim persendian antara Umpak dan Soko Guru dapat berfungsi untuk mengurangi getaran pada saat bencana gempa bumi.

Sedangkan sistem Purus & Canthokan yang bersifat jepit terbatas menjadikan atap berlaku sebagai bandul yang menstabilkan bangunan saat menerima gaya gempa (berlaku seperti pendulum).

Perluasan ruang dilakukan dengan penambahan struktur di sekeliling struktur Rongrongan tersebut -dengan penambahan Soko Pengarak (tiang samping).

Bangunan Joglo dapat berfungsi sebagai ruang pertemuan (Pendopo) maupun rumah (Omah). Pendopo merupakan bangunan yang bersifat publik sehingga bangunan Joglo hanya merupakan struktur terbuka tanpa adanya dinding pelingkup.

Baca juga: Harga Dan Ukuran Atap Onduline

Konstruksi Rangka Atap Joglo Modern

Dijaman modern seperti saat ini, memang masih banyak orang yang mengapresiasi dan mencintai nilai seni dari atap joglo beserta nilai-nilai filosofinya. Namun sayangnya, kepemilikan tanah berukuran besar kini sudah sangat langka dan harga material kayu yang memiliki kualitas terbaik juga semakin mahal.

Karena kondisi seperti demikian, mereka yang tetap ingin menerapkan atap joglo sudah beralih untuk menggunakan rangka atap dari baja ringan. Dengan demikian berarti masih bisa beradaptasi dengan perkembangan zaman, tanpa harus melupakan nilai-nilai seni, budaya, dan juga sejarah dari bangunan tradisional.

Harga baja ringan sendiri lebih terjangkau, dan memiliki ketahanan yang lebih baik terhadap serangan rayap serta getaran gempa. Inilah yang membuat masyarakat lebih memilih untuk menggunakan baja ringan sebagai material konstruksi dibandingkan dengan kayu.